TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO
PENDAHULUAN
Kakao
(Theobroma cacao) adalah tanaman
perkebunan. Tanaman tahunan ini dapat mulai berproduksi pada umur 18 bulan (1,5
tahun). Tanaman ini menghasilkan biji kakao yang selanjutnya bisa diproses
menjadi bubuk coklat.
Umumnya
perkebunan rakyat, seperti di Propinsi Lampung, produktivitasnya masih rendah
dan mutu produk yang dihasilkan belum memenuhi standar ekspor. Produktivitas rata-rata tanaman kakao di Lampung sebesar
588,79 kg/ha. Apabila petani mau menerapkan teknologi budidaya secara benar produktivitas tanaman kakaonya bisa
lebih tinggi yakni potensi produksinya bisa mencapai 1,5-3 ton/ha.
Secara teknis, rendahnya produktivitas dan mutu kakao
karena disebabkan beberapa hal, diantaranya:
benih yang digunakan beragam dan lokal, pemeliharaan dilakukan seadanya
dan belum dilakukannya fermentasi sebagai faktor penentu mutu kakao.
Masalah utama yang dihadapi petani untuk bisa dan mau
menerapkan teknologi anjuran ini adalah masih rendahnya pengetahuan dan
ketrampilan petani. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung telah
melakukan kajian sejak tahun 2005 dan
menghasilkan paket teknologi budidaya kakao yang dapat dijadikan rujukan bagi
petani dan dalam usahatani kakao melalui penerapan teknologi budidaya sejak
dari produski yang meliputi: persiapan lahan, pembibitan, pemangkasan,
pemupukan, penerapan PHT dan penanganan
panen dan pasca panen.
Penerapan teknologi anjuran ini pada perkebunan kakao
yang sudah menghasilkan di Desa Labuan Ratu IV Lampung, bisa meningkatkan
pendapatan petani. Dengan biaya produksi
yang diperlukan sebesar Rp.2,9 juta/ha (termasuk tenaga kerja), produktivitas
tanaman kakao meningkat menjadi 1,29 ton/ha dengan harga jual Rp.12.750, maka
keuntungan petani kakao mencapai Rp 13,56 juta/ha.
SYARAT TUMBUH
· Daerahnya terletak pada garis lintang 10o LS sampai 10o
LU,
· Ketinggian tempat 0-600 meter di atas permukaan laut (dpl).
· Curah
hujan 1500-2500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 3 bulan (kurang 60 mm/bulan).
· Suhu maksimum 30-32oC dan suhu minimum 18-21oC
· Kemiringan tanah kurang dari 45% dengan kedalaman olah kurang dari 150 cm.
· Tekstur tanah terdiri atas 50% pasir, 10-20% debu dan 30-40% lempung
(lempung berpasir)
· Sifat kimia tanah terutama pada lapisan olah 0-30 cm adalah:
-
Kadar bahan organik > 3,5%
-
C/N ratio antara 10-12
-
Kapasitas Tukar Kation (KTK) > 15 me/100 g
tanah
-
Kejenuhan basa > 35%
- pH (H2O) 4,0-8,5; optimum pada pH 6,0-7,0
- Kadar unsur hara minimum tanah yang dibutuhkan : N = 0,38%, P (Bray l)
= 32 ppm, K tertukar = 0,50 me/100 gr,
Ca tertukar = 5,3 me/100 gr, Mg tertukar 1 me/100 gr.
TEKNOLOGI BUDIDAYA
Bahan Tanam
Varietas/klon anjuran antara lain:
Klon ICS 13, Klon ICS 60, GC 7, Hibrida, RCC 70, RCC 71, RCC 72, RCC 73,
TSH 858
Pembibitan
o Pilih lokasi dekat sumber air dan dekat calon lahan penanaman kakao.
o Siapkan dan campur media tanam yang terdiri dari:
tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.
o Siapkan polybag ukuran 20x30 cm, beri lubang
dengan diameter 1,0 cm sebanyak 18 lubang.
o Buat bedengan dengan atap dari daun kelapa atau
daun tebu, tinggi atap bedengan sebelah
timur 1,50 m, sebelah barat 1,20 m, lalu
atur intensitas cahaya matahari yang masuk sekitar 30-50 %.
o Susun polybag yang telah diisi media di bawah
atap dengan jarak antar polybag 15 cm x15 cm atau 15 cm x 30 cm.
o Lakukan penyiraman tiap hari atau sesuai kondisi
cuaca, dan lakukan pemupukan tiap 2 minggu dengan pupuk Urea 2 gr/bibit.
o Atap bedengan dibuka secara bertahap pada saat
umur bibit 2 minggu.
o Pindahkan bibit ke kebun bila bibit telah berumur
3-5 bulan, tinggi 40-60 cm, jumlah daun 12 lembar, dan diameter batang 0,7-1,0 cm.
Persiapan Lahan
Pembukaan lahan
selektif:
1) Pada areal perkebunan kelapa,
- Bersihkan perdu dan tanaman tidak produktif lainnya secara manual atau disemprot
herbisida (secara kimiawi) 2 bulan sebelum
naungan ditanam.
- Populasi tanaman kelapa dalam yang optimum sebagai penaung kakao adalah
80-100 pohon/ha. Jika terlalu jarang maka pada tempat yang kosong dapat
ditanami Glirisidia sp.
2) Pada areal kebun aneka tanaman,
- Siapkan/pilih tanaman sebagai penaung kakao yang bernilai ekonomis.
- Tajuk mudah diatur (tahan pangkas)
dengan jarak antar penaung tanaman 6 x 6
m atau 8 x 8 m.
- Bersihkan lahan dari semua tanaman yang tidak berguna secara manual atau secara kimiawi.
3) Pada areal hutan sekunder bekas peladang berpindah (areal semak belukar dan
alang-alang).
- Tebang pohon dan belukar.
- Buat ajir tempat penanaman pohon penaung.
- Selama persiapan lahan, di dalam lorong dapat diusahakan beberapa jenis
tanaman semusim sesuai dengan kebutuhan petani, peluang pasar dan iklim mikro
yang ada.
Jarak Tanam
Jarak tanam yang biasa diterapkan adalah:
3 m x 3 m, kebutuhan bibit per 1 ha adalah 1.111 pohon. Persediaan sulaman (20%) = 222 pohon. Jumlah keseluruhan 1.333 pohon atau
1300 (dibulatkan).
4 m x 2 m, kebutuhan bibit per 1 ha adalah 1.250 pohon. Persediaan sulaman 20% = 250 pohon. Jumlah keseluruhan 1.500 pohon.
Penanaman
Buat lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm. Pembuatan lubang tanam
dilakukan 6 bulan sebelum tanam. Isi lubang tanam tersebut dengan pupuk hijau
dari hasil tebasan gulma atau pupuk kandang bila tersedia. Kemudian lubang tanam ditutup, 3 bulan
sebelum bibit kakao ditanam. Lakukan
penanaman pada awal musim hujan. Tanamlah
bibit kakao bila pohon penaung telah
berfungsi baik, dengan kriteria intensitas cahaya 30-50% dari cahaya langsung.
Siapkan alat berupa cangkul, pisau besar yang tajam, keranjang untuk
mengangkut dan mengecer bibit. Masukkan
kantong plastik ke dalam lobang yang digali, isi tanah ke lobang hingga kantong
plastik berdiri tegak. Salah satu sisi kantong plastik disayat dari bawah ke
atas, tanah dipadatkan dengan tangan. Kemudian kantong plastik di tarik ke
atas, selanjutnya tanah dipadatkan dengan kaki. Hindari pecahnya tanah dalam
kantong plastik. Bibit yang sudah diangkut dan diecer harus selesai
ditanam hari itu juga.
Bibit yang mati atau kerdil segera disulam, lakukan sampai umur 1 tahun. Lahan
di sekitar bibit kakao muda harus bersih dari gulma antara lain dengan
memberikan mulsa.
Pemupukan
Jenis pupuk yang lazim (biasa) digunakan
adalah Urea (46% N), ZA (21% N), TSP (46% P2O5), SP-36 (36% P2O5), KCl (60%
K2O), Kiserit (27% MgO) dan Dolomit (19% MgO).
Dosis pupuk tentatif (disesuaikan dengan umur tanaman) untuk tanaman kakao
yang penaungnya baik, hujannya cukup, sifat fisika dan kimia tanahnya baik
adalah seperti Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Jenis, dosis pupuk yang tepat berdasarkan umur tanaman
Umur/Fase
|
Satuan
|
Urea
|
TSP/SP-36
|
KCl
|
Kieserit
|
Bibit
|
gr/bibit
|
5
|
7
|
4
|
4
|
0-1 th
|
gr/ph/th
|
25
|
33
|
20
|
40
|
1-2 th
|
gr/ph/th
|
45
|
60
|
35
|
40
|
2-3 th
|
gr/ph/th
|
90
|
120
|
70
|
60
|
3-4 th
|
gr/ph/th
|
180
|
240
|
135
|
75
|
>4 th
|
gr/ph/th
|
220
|
240
|
170
|
120
|
Sumber:
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
|
Gambar 1. Cara pemupukan tanaman
kakao
Pemangkasan
Tujuan
pemangkasan adalah:
· Membentuk
kerangka dasar (cabang tanaman kakao yang baik dan kuat).
· Mengatur
masuknya sinar matahari kedalam kebun secara merata sehingga tanaman lebih
produktif menghasilkan makanan (fotosintesa).
· Memacu dan
meningkatkan serta menghasilkan bunga dan buah yang banyak.
· Memotong
bagian cabang yang terserang hama/penyakit, rusak/patah.
· Menekan resiko berkembangnya hama penyakit.
Untuk tanaman hasil
perbanyakan generatif, macam dan cara-cara pemangkasannya adalah:
· Pangkasan bentuk, dilakukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) sekitar umur 8-12 bulan. Tujuannya, untuk membentuk kerangka tanaman yang kuat dan
seimbang. Caranya, pelihara tiga cabang
primer dari jorket yang kuat
pertumbuhannya, lalu atur cabang-cabang sekunder yang tumbuhnya seimbang ke
segala arah.
· Pangkasan pemeliharaan
dan produksi, dilakukan pada tanaman telah menghasilkan (TM). Tujuan
untuk mempertahankan kerangka yang sudah terbentuk baik dan membuat indeks luas
daun (ILD) dalam kondisi optimum yaitu 3,7-5,7.
Caranya buang cabang sekunder pada jarak 30-60 cm dari jorket, cabang
sakit, cabang balik, cabang terlindung atau cabang yang melindungi, cabang yang
masuk jauh ke dalam tajuk tanaman di sebelahnya. Dilakukan 6-8 kali per tahun. Buang semua tunas air 2-4 minggu sekali.
· Pangkasan
pemendekan tajuk, tujuannya untuk membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum
3,5-4,0 m. Dilakukan setahun sekali pada
awal musim hujan, hindari
pemangkasan saat tanaman berbunga lebat
atau ketika sebagian besar buah masih pentil (panjang kurang dari 10 cm).
|
Gambar 2. Cara pemangkasan tanaman kakao yang baik
![]() |
![]() |
Gambar 3. Pola pemangkasan tanaman
kakao
Untuk tanaman hasil perbanyakan vegetatif
Bahan tanaman berasal dari tunas plagiotrop
menghasilkan percabangan dekat permukaan tanah dan menyemak. Adapun macam
pangkasannya adalah:
· Pangkasan bentuk dilakukan setelah tanaman rimbun, biasanya berumur 1
tahun. Pangkasan ini dilakukan dengan memilih semua cabang besar yang kuat,
arah pertumbuhannya membentuk huruf V.
· Pangkasan selanjutnya dengan mengatur cabang-cabang sekunder, diusahakan
arah pertumbuhannya merata, seimbang dan tidak saling menutup.
· Pangkasan pemeliharaan selanjutnya sama dengan tanaman asal perbanyakan
generatif.
Pengelolaan Pohon Penaung
Tanaman penaung pada pertanaman kakao berupa naungan sementara dan naungan
tetap. Diharapkan tanaman yang digunakan sebagai penaung adalah tanaman
produktif yang mempunyai nilai ekonomi sehingga dapat memberikan tambahan
pendapatan bagi petani.
Penaung
sementara pisang
Batasi jumlah anakan pisang maksimum
dua anak per rumpun, anakan yang tidak dikehendaki dipotong dan ditugal
tengahnya kemudian disiram minyak tanah 2,5 ml per anakan. Bersihkan daun-daun
kering sebulan sekali dan sebaiknya lakukan pemberian pupuk dengan Urea, TSP atau SP-36, KCl berturut-turut 300 gr, 300 gr
dan 400 gr/rumpun/tahun. Musnahkan tanaman pisang apabila tanaman kakao sudah
mulai berbuah yaitu setelah berumur 4 tahun.
Penaung tetap lamtoro dan
Glirisidia sp.
Tanamlah lamtoro dengan jarak 3m x 3 m atau 4 m x 4 m, kurangi populasi
secara bertahap dan sistematis. Saat
kakao berumur 4 tahun populasi penaung dikurangi/didongkel sebanyak 25% dan
pada umur 5 tahun didongkel lagi sebanyak 25%. Populasi akhir dipertahankan
sebanyak 500-600 pohon/ha pada daerah bertipe curah hujan agak kering (type
C-D) dan 200-300 pohon/ha pada daerah
bertipe curah hujan basah (type A-B) menurut Schmidt & Fergusson. Dari populasi akhir tersebut sebanyak 50%
populasi dipotong pucuknya pada awal musim hujan secara berselang-seling, 50%
sisanya dipotong pada musim hujan tahun berikutnya. Pemotongan dilakukan pada
jarak 1 m di atas tajuk kakao. Setiap tiga bulan buang cabang dan ranting yang
bersifat mengganggu .
Penaung
tetap kelapa
Lakukan siwingan (“cincingan”) pelepah bila naungan terlalu berat terutama
pada musim hujan. Naungan yang baik untuk kakao adalah
apabila intensitas cahaya matahari yang masuk 70-80%. Bila tanaman kelapa sudah sangat tinggi (berumur lebih 40 tahun) lakukan tambahan
penaung, dengan lamtoro atau Glirisidia.
|
Gambar 4. Tanaman pisang yang
disispkan diantara
Tanaman sebelum kakao berbuah
Untuk mendapatkan hasil produksi kakao yang baik, lakukan pemupukan: (a) Untuk tanaman yang
belum menghasilkan (TBM) berupa; Urea
100 gr, TSP atau SP-36 200 gr, MSP
420 gr, kiserit 210 gr dan boron 10 gr masing-masing per pohon pertahun untuk
kelapa hibrida. Sedangkan untuk kelapa dalam berikan dosis pupuk setengahnya.
(b) Untuk tanaman menghasilkan (TM), berikan pupuk urea 100 gr, rock fosfat 750
gr, MOP 1000 gr, kiserit 400 gr, masing-masing diberikan perpohon pertahun.
Pengendalian hama dan penyakit terutama hama penting adalah Brontispa sp.
dan Sexava sp., kendalikan dengan penyebaran parasit, sedangkan Oictes
sp. dengan cendawan Metarrhizium sp. dan virus Boculovirus
oryctas. Penyakit penting adalah jamur, becak daun dan bleeding.
Pegendalian Hama dan Penyakit
Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit kakao utamakan dengan sistem
PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Pemakaian
pestisida merupakan alternatif terakhir.
Hama Utama
Penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella (Snell)
Pada awal serangan terlihat pada buah masak, kulit buah berwarna pudar dan
timbul belang berwarna jingga serta jika digoyang tidak berbunyi. Jika dibelah daging buah berwarna hitam,
biji-biji kakao saling melekat, biji tidak berkembang, ukuran biji kecil dan
tidak bernas. Kerugian bisa mencapai 80%.
Pengendalian:
Untuk Daerah Bebas PBK;
·
Karantina, yaitu tidak
memasukkan bahan tanaman kakao dan perlengkapan lain dari daerah terserang PBK.
·
Monitoring hama di TPH
(Tempat Pengumpulan Hasil) bertujuan untuk mendeteksi dini adanya serangan
baru.
·
Sanitasi, dengan
menguburkan kulit buah, plasenta dan buah busuk.
Untuk Daerah Serangan PBK;
·
Lakukan pangkasan
bentuk, membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4 m untuk mempermudah
pengendalian dan panen.
·
Panen sering satu minggu
sekali, dan sanitasi. Buah dibawa ke TPH dan buah segera diambil bijinya.
·
Penyelubungan buah
berukuran 8-10 cm dengan kantong plastik (kondomisasi).
·
Pengendalian secara
biologi dengan menggunakan semut hitam. Untuk meningkatkan populasi semut hitam
perlu membuat saran dari lipatan daun kelapa atau daun kakao, dan diletakkan di
atas jorket.
·
Penyemprotan insektisida,
terutama dari golongan sintetik piretroid, antara lain: deltametrin
(Decis 2,5 EC), sihalotrin (Matador 25 EC), betasiflutrin (Buldok
25 EC), esfenvalerat sumialpha 25 EC. Dengan konsentrasi formulasi
berturut-turut 0,6%, 0,6%, 0,20% dan 0,20%. Alat semprot knapsack sprayer,
volume semprot 250 l/ha, frekuensi 10 hari sekali, sasaran semua buah dan
cabang horizontal.
Kepik penghisap buah kakao, Helopeltis spp., Pseudodoniella
typica dan Amblypelta
theobromae.
§ Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat
kehitaman.
§ Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika
tumbuh terus, permukaan kulit buah retak
dan terjadi perubahan bentuk.
§ Serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan pucuk layu dan mati (die
back), ranting mengering dan
meranggas.
|
|||
|
|||
Gambar 5. Serangan Helopeltis dan cara pengendalian alami.
Pengendalian:
·
Kimiawi, dengan Sistem
Peringatan Dini (SPD), bila tingkat serangan Helopeltis < 15% yaitu
diamati seminggu sekali dan bila ada gejala serangan langsung dilakukan
penyemprotan pada areal terbatas. Jika
tingkat serangan > 15% penyemprotan dilakukan secara menyeluruh (blanket
spraying). Keberhasilan pengendalian
SPD ditentukan faktor-faktor : organisasi, keterampilan dan kedisiplinan tenaga
pengamat, penyemprot dan pengawas.
·
Biologis, menggunakan
semut hitam (Dolichoderus thoracichus). Sarang semut dibuat dari daun
kakao kering atau daun kelapa, lalu letakkan di atas jorket. Selain itu dengan jamur Beauveria bassiana dengan dosis 25 -50 gram spora /ha. Pengendalian secara biologi tidak
dapat digabungkan dengan cara kimiawi.
Penggerek
batang, Zeuzera coffeae Nietn. dan Glenea spp.
Zeuzera coffeae Nietn,
·
Biasanya serangan terjadi pada tanaman
muda (TBM).
·
Awal serangan terdapat
lubang gerekan pada batang atau cabang, pada
permukaan lubang sering terdapat campuran kotoran Z. coffeae dengan serpihan jaringan.
·
Akibat gerekan larva,
bagian tanaman di atas lubang gerekan layu, kering dan mati.
Glenea spp.
· Larva penggerek batang kakao pada jaringan kambium.
· Tempat gerekan pada batang pokok terutama di pangkal batang.
·
Arah gerekan menyamping
(horizontal) dan dari lubang gerekan dikeluarkan sisa-sisa gerekan yang
strukturnya berserat dan berbuih.
·
Arah gerekan yang
horizontal menyebabkan kerusakan kulit batang berbentuk cincin (ring barking).
Pengendalian :
Cara mekanis; Potong batang/cabang yang
terserang 10 cm di bawah lubang gerek ke arah pangkal batang/cabang lalu larva
di bakar. Untuk hama Glenea spp., cukup bersihkan liang
gerekan.
Cara kimiawi; Injeksi dengan insektisida racun
nafas ke dalam lubang gerekan.
Cara Biologi; Semprotkan suspensi konidia jamur
Beauveria bassiana ke dalam lubang gerekan dengan konsentrasi 1,18 x 10
konidia/ml air.
Hama lain adalah tikus dan babi hutan terutama pada daerah-daerah yang tidak terawat
dan sanitasi kebun yang tidak bagus.
Penyakit Utama
Penyakit busuk buah, Phytophthora palmivora Bult.
Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari
ujung atau pangkal buah.
Penyebaran;
·
Melalui sporangium atau
klamidospora yang terbawa atau terpercik air hujan.
·
Saat tidak ada buah,
jamur dapat bertahan di dalam tanah
dengan membentuk klamidospora.
·
Penyakit berkembang
dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan Tinggi
|
Gambar 6. Buah kakao yang terserang Phytopthora palmivora Bult
Pengendalian :
·
Sanitasi kebun, yaitu memetik semua buah
busuk, kemudian dibenamkan dalam tanah
sedalam 30 cm.
·
Kultur teknis, yaitu
dengan pengaturan pohon pelindung dan pangkasan tanaman
kakao, sehingga kelembaban di dalam kebun turun.
·
Kimiawi, yaitu
penyemprotan buah-buah sehat secara preventif dengan fungisida berbahan aktif
tembaga (Copper Sandoz, paket NORBESAN plus Fifanon, Cobox dll) konsentrasi formulasi 0,3%, selang
waktu 2 minggu.
Penyakit kanker batang, Phytophthora palmivora (Bult.)
·
Kulit batang agak
berlekuk dan berwarna lebih gelap atau kehitam-hitaman, sering terdapat cairan
kemerahan yang kemudian tampak seperti lapisan karat.
·
Jika lapisan kulit luar dibersihkan maka
tampak lapisan di bawahnya membusuk
dan berwarna merah anggur.
Penyebaran;
·
Penyebaran sama dengan
penyebaran penyakit busuk buah,
·
Terjadi karena pathogen
yang menginfeksi buah menjalar melalui tangkai buah mencapai batang, yang
berkembang pada kebun dengan kelembaban dan curah hujan tinggi, atau sering tergenang air.
Pengendalian:
·
Kulit batang yang
membusuk dikupas sampai batas kulit yang sehat.
·
Luka kupasan dioles
dengan fungisida tembaga misal Copper Sandoz, paket NORBESAN plus Fifanon dll.,
konsentrasi 3% formulasi
·
Bila serangan pada kulit
batang sudah hampir melingkar, maka tanaman dipotong atau dibongkar.
Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback),
Oncobasidium theobromae
·
Daun menguning dengan
bercak-bercak hijau.
·
Sayatan bekas duduk daun
yang sakit tampak tiga noktah berwarna coklat kehitaman.
·
Garis-garis coklat pada
jaringan kayu, lentisel dari ranting sakit membesar Nekrosis di antara tulang
daun seperti gejala kekurangan unsur Ca.
Penyebaran;
·
Menyebar melalui
basidiospora yang diterbangkan oleh angin pada malam hari.
·
Perkembangan penyakit
sangat dibantu oleh kelembaban atau curah hujan yang tinggi dan suhu yang
dingin di malam hari.
Pengendalian:
· Pemangkasan sanitasi, yaitu memotong ranting sakit sampai pada batas gejala
garis coklat pada xilem, ditambah 30-50 cm di bawahnya 1-3 bulan sekali secara efektif.
· Eradikasi, yaitu pembongkaran tanaman yang terserang berat.
Kelayuan pentil (cherelle wilt):
·
Merupakan penyakit fisiologis seperti halnya gugur
buah pada tanaman buah-buahan.
·
Angkanya dapat mencapai
79-90% dari pentil yang tumbuh.
·
Setelah pentil berumur lebih dari 2,5 bulan
telah terbebas dari penyakit ini.
·
Penyebabnya adalah
persaingan nutrien antara pentil dengan pertunasan (flushing) dan
buah-buah dewasa, serta luka mekanis karena tusukan Helopeltis spp.
·
Kendalikan dengan
memberikan pupuk yang tepat, dan tidak melakukan pangkasan berat serta
pembukaan penaung drastis yang dapat memacu pertunasan intensif.
Rehabilitasi
Tanaman
Tanaman dewasa
dengan cara sambung samping
·
Merupakan metode
rehabilitasi tanaman yang masih sehat tetapi perlu direhabilitasi karena
berbagai alasan.
·
Lakukan pada awal musim
hujan, saat tumbuh aktif ditandai kulit
batang mudah dibuka.
·
Lakukan pada batang
bawah yang sehat.
·
Siapkan batang atas
(entres) klon-klon unggul anjuran yang jelas identitasnya.
·
Bahan entres berupa
cabang plagiotrop berwarna hijau atau hijau kecoklatan yang daunnya telah
menua, dengan diameter 0,75-1,50 cm.
|
Gambar 7. Rahabilitasi
tanaman dewasa dengan sambung samping
Sambung pucuk atau okulasi pada tunas air
·
Lakukan pada bibit umur 3 bulan
·
Ambil entres dari klon-klon unggul yaitu ICS 60, TSH 858, ICS 13, dan GC
7
·
Entres berasal dari cabang-cabang plagiotrop yang sehat, warna hijau
kecoklatan. Diameter 1 cm, dengan 3 mata tunas , pangkal entres disayat miring
hingga runcing seperti baji.
·
Batang bawah potong datar, sisakan 3 lembar daun.
·
Amati setelah 10-15 hari
· Bila sambungan jadi tunas, biarkan tumbuh
sepanjang ± 2 cm, lalu tutup entres dibuka tanpa melepas tali ikatan. Tali ikatan dibuka setelah tunas baru berumur
3 bulan.
· Bibit siap ditanam setelah berumur 7 bulan
PANEN DAN PASCA
PANEN
Panen
·
Petik buah yang sudah masak ( umur 4,5 - 6 bulan) yang
ditandai dengan perubahan warna kulit
buah. Buah yang muda hijau, setelah
masak kuning.
·
Sedangkan yang muda
merah, setelah masak orange.
·
Hindari pemetikan buah
yang masih mentah atau lewat masak sebab biji seringkali sudah berkecambah di dalam buah.
·
Petik buah memakai gunting, pisau, pisau bergalah yang
tajam. Hindari rusaknya bantalan
bunga.
·
Kumpulkan buah di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), pisah buah
yang sakit dari yang sehat.
·
Buah dipecah, biji
dikumpulkan dalam wadah dan dibawa ke pengolahan, lalu benam kulit buah atau diproses menjadi kompos/pupuk
organik. Lubang kulit buah
berpindah-pindah dan tidak dibongkar kembali.
·
Hindari pemecahan buah
dengan alat logam.
Pasca Panen
1. Fermentasi
· Merupakan inti pengolahan biji kakao, yaitu proses terbentuknya calon
citarasa khas coklat, mengurangi rasa pahit dan memperbaiki tampakan fisik
biji.
· Lama fermentasi 5-7 hari untuk kakao lindak dan 3-4 hari untuk kakao mulia,
dengan pembalikan sekali setelah 48 jam.
· Wadah fermentasi dapat berupa kotak ber-aerasi atau keranjang. Selama
fermentasi tumpukan biji ditutup daun pisang atau karung goni.
· Tinggi minimum tumpukan biji dalam kotak adalah 40 cm.
· Selama
fermentasi, hindari biji bersinggungan
dengan logam.
· Tanda
fermentasi berhasil bila biji tampak agak kering (lembab), berwarna coklat dan
berbau asam cuka, lendir mudah dilepas, dan bila dipotong melintang penampang
biji tampak seperti cincin berwarna coklat.
· Fermentasi
yang kurang tepat menghasilkan biji keabu-abuan (slaty).
2. Pengeringan
· Tujuan untuk menurunkan kadar air dari 60% menjadi 6-7%. Proses pengeringan sebaiknya
dilakukan secara lambat.
· Lakukan
dengan sinar matahari, mesin pengering atau kombinasi keduanya.
· Dalam
penjemuran, hamparkan biji di atas alas yang bersih, tebal 5 cm dan dibalik 1-2
jam sekali tergantung cuaca. Lama penjemuran 10 hari.
· Alat pengering yang biasa digunakan adalah Vis Dryer dan Cocoa Dryer. Alat tersebut biasa dikombinasikan dengan
penjemuran. Suhu diatur 60-70 ºC dengan
prinsip pengeringan secara lambat.
· Tanda biji kering adalah rapuh/mudah
patah, beratnya 1/3 berat basah.
![]() |
Gambar 8. Proses
fermentasi
![]() |
Gambar 9. Proses
Sortasi dan Penyimpanan
3. Sortasi dan Penyimpanan
Sortasi
· Sortasi
bertujuan memisahkan biji kakao dari kotoran yang terangkut dan pemisahkan
biji atas dasar kenampakan fisik dan ukuran
biji.
· Mutu biji kakao
dikelompokkan berdasarkan persyaratan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI).
Penyimpanan
· Kemas biji
dalam wadah yang kuat, bersih, tidak terkontaminasi dengan bau yang tajam. Biasanya digunakan karung goni.
· Kadar air
biji 6-7%.
· Ruang
simpan tidak lembab, cukup ventilasi, bersih, bebas pencemaran bau. Antara
lantai dengan tumpukan biji diberi alas kayu yang berjarak 10 cm dari permukaan
lantai.
Standar Mutu Biji
Kakao
Tabel 2. Syarat umum mutu
biji kakao
No
|
Karakterisasi
|
Syarat
|
1
|
Kadar air, % maksimum
|
7,5
|
2
|
Biji berbau asap dan atau abnormal dan atau berbau asing
|
tidak
ada
|
3
|
Serangga hidup
|
tidak
ada
|
4
|
Kadar biji pecah
dan atau pecahan biji dan atau pecahan kulit, % maksimum
|
3
|
5
|
Kadar benda-benda
asing, % maksimum
|
0
|
ANALISA USAHATANI KAKAO
Tabel 3. Analisa usahatani Desa Labuhan Ratu IV Tahun
2007
No
|
Jenis Pengeluaran
|
Uraian Biaya (Rp) /ha
|
||
Volume
|
Satuan (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
||
1.
|
Bahan (A)
- Urea (kg)
- SP-36 (kg)
- KCl (kg)
- Pupuk majemuk (kg)
- Pupuk kandang (kg)
- Kompos (kg)
- ZPT (lt)
- Herbisida (lt)
- Insektisida (lt)
- Fungisida (lt)
|
392,86
210,7
135,71
51,78
1446,07
196,43
1,96
1,98
0,5
0,98
|
1.300
2.500
6.000
4000
300
500
11.000
30.000
50.000
11.000
|
510.718
525.000
814.260
207.120
98.212
433.821
21.560
59.400
28.000
10.700
|
Jumlah
|
2.708.791
|
|||
2.
|
Upah tenaga kerja luar HOK (B)
-
Menyambung
-
Buat
rorak
-
Memangkas
-
Memupuk
-
Menyemprot
-
Buat
sarang semut
-
Panen
-
Prosesing
hasil
|
0,10
0,2
1,46
0,96
0,75
0
5,14
0
|
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
|
2.000
4.280
29.200
19.200
15.000
0
102.800
0
|
Jumlah
|
172.480
|
|||
Jumlah A + B
|
2.881.271
|
|||
3.
|
Upah Tenaga Kerja (keluarga)/ HOK (C)
-
Menyambung
-
Membuat
rorak
-
GULUD
-
Memangkas
-
Memupuk
-
Menyemprot
-
Buat
sarang semut
-
Panen
-
Prosesing
hasil
|
6
1,07
0,85
16,17
6,03
2
6
35,4
19,53
|
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
|
120.000
21.400
17.000
323.400
126.600
40.000
120.000
708.400
390.600
|
Jumlah
|
1.867.400
|
|||
Jumlah A + B + C
|
4.748.671
|
|||
Nilai Produksi
|
1290 kg
|
12.750
|
16.447.500
|
|
Pendapatan : NP – A+B
|
13.566.229
|
|||
Keuntungan NP – A+B+C
|
11.698.829
|
|||
B/C
|
2,46
|
BAHAN
BACAAN
Alvim, P de T & R. Alvim. 1980. Environmental
requirement of cocoa development on marginal land to farmers income: a case
study in Gunung Kidul regency, Indonesia .
Pelita Perkebunan 9(3); 97-104.
Atmawinata, Oskari & Surip Mawardi. 1998. Dukungan
Lembaga Penelitian untuk memantapkan perkakaoan di Indonesia . Warta Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao 1998 (14(1): 1-9.
Bakri, A.H., FX Soegabyo & P. Sembiring, 1989.
Kelapa sebagai naungan kakao di PT. P.P. Londom Sumatera Indonesia . Kump. Makalah Seminar
Sehari Timpang Kelapa-Kakao. Pusat Penelitian Bandar Kuala, Sumatera Utara, 18
Januari 1989. 25p.
Owusu, J.K. 1980. Light requirements of cocoa: a
review. Proc. int. Conf. Cocoa & Coconut. Kuala Lumpur 1978, p. 112-121.
Prawoto A. Adi 1995. Tanaman pisang sebagai penaung
sementara kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 11(2). 90-95.
Prawoto A. Adi 1996. Pengaruh pemangkasan bentuk
tanaman kakao asal setek cabang plagiotrop terhadap pertumbuhan dan hasil buah.
Pelita Pekebunan. Jurnal Penelitian Kopi dan Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao 12(3). 119-126.
Siswoputranto, P.S. 1989. Perkembangan dan prospek
kakao dunia dan kepentingan Indonesia .
Makalah Musda I Askindo Jatim, Surabaya
24 Juni 1989, 14 p.
Soedarsono, Soetanto Abdullah dan Endang Sulistiowati,
1997. Penebaran kulit buah kakao sebagai sumber bahan organik tanah dan
pengaruhnya terhadap produksi kakao. Pelita Perkebunan. Jurnal Penelitian Kopi
dan Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 13(2). 90-99.
Sri Winarsih & A. Adi Prawoto 1995. Pengaruh metode penutupan, klon dan umur entres
terhadap keberhasilan sambung samping pada tanaman kakao dewasa. Warta Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao 11(2):96-101.
Sulistyowati, E., 1997. Prospek pemanfaatan tanaman
tahan dalam pengelolaan hama
penggerek buah kakao. Warta Puslit Kopi dan Kakao. 1997, 13(3).204-212.
Tiwow, A. & Soemarno, 1989. Pengalaman PT
Perkebunan XXIII (Persero) dalam mengelola tumpangsari kelapa-kakao. Kump.
Makalah Seminar Sehari Timpang Kelapa-Kakao. Pusat Penelitian Bandar Kuala,
Sumatera Utara, 18 Januari 1989. 25p.
Wahyudi, T., Yusianto & Sulistiowati 1988. Masalah
keasaman biji kakao dan beberapa cara untuk mengatasinya. Prosiding Komunikasi
Teknis Kakao 1988. Surabaya .
25-26 Oktober 1988, 278-293.
Wahyudi, Teguh, 1992. Teknologi pengolahan kakao.
Kumpulan bahan pelatihan teknik budidaya dan pengolahan kakao. Buku II. Pusat
Penelitian Perkebunan Jember. 11p.
Wakeling, S.A, 1994. Review of Production,
Comsumption, Stocks and Prices, June - September 1994. Cacao Growers Bull No.
48 : 2 – 6
Wardani,
S. 1998. Profesionalisme Sebagai Kunsi Efisiensi Pengelolaan Perkebunan Kopi
dan Kakao. Warta Penelitian Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember. Vol 14 No.
1: p23-28.
Wardani, S. Martadinata dan M.F. Azis. 1988.
Beberapa pertimbangan ekonomis dalam pengelolaan perkebunan kakao mulia.
Prosiding Komunikasi Teknis Kakao 1988. Surabaya 25-26 Oktober 1988 p:15-32.
Wardoyo, S., 1991. Beberapa persyaratan dasar
untuk meningkatkan mutu biji kakao di Indonesia. Proc. Konp. Nas. Kakao III ,
Buku 2. Pusat Penelitian Perkebunan Jember - Pusat Penelitian Perkebunan Medan,
ASKINDO, Medan, 75-85.
Witjaksana, 1989. Tumpangsari kelapa-kakao
ditinjau dari segi kelapa sebagai tanaman utama. Kump. Makalah Seminar Sehari
Timpang Kelapa-Kakao. Pusat Penelitian Bandar Kuala, Sumatera Utara, 18 Januari
1989. 25p.
0 komentar:
Posting Komentar