Tan. Pangan


TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH

PENDAHULUAN

Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumberdaya alam terus menurun sehingga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usahatani padi, agar usahatani padi dapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat berlanjut.
Selama ini produksi padi nasional masih mengandalkan sawah irigasi, namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian, tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air.  Dilain pihak lahan kering tersedia cukup luas dan pemanfaatannya untuk pertanaman padi gogo belum optimal, sehingga ke depan produksi padi gogo juga dapat dijadikan andalan produksi padi nasional.
Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usahatani padi adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan sumberdaya pertanian di suatu tempat (spesifik lokasi). Teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen teknologi yang memiliki efek sinergistik. Artinya tiap komponen teknologi tersebut saling menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

SYARAT TUMBUH

Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan curah hujan yang optimum >1.600 mm/tahun.  Padi gogo memerlukan bulan basah yang berurutan minimal 4 bulan.  Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu ada turun hujan sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan.  Suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24-29oC.
Untuk padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah, sedangkan pada areal yang lebih terjal dapat ditanami di antara tanaman keras.  Tanaman padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah.  Reaksi tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5-7,5.  Permeabilitas pada sub horison kurang dari 0,5 cm/jam.           Kriteria kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman padi sawah dan padi gogo dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Selain agroekosistem, cara pengelolaan tanaman juga mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi. Dengan menerapkan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) keberlanjutan agribisnis padi dapat diwujudkan. Saat ini hampir seluruh teknologi budidaya tanaman menggunakan konsep PTT, termasuk budidaya padi sawah dan padi gogo. 

TEKNOLOGI BUDIDAYA

A.  Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
Penerapan PTT  didasarkan pada empat prinsip,  yaitu:
1.   Terpadu :  PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya  tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
2.    Sinergis: PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.
3.    Spesifik lokasi:  PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
4.    Partisipatif: berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses perakitannya didasarkan pada hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Dari hasil KKP dapat diketahui masalah yang dihadapi petani dan cara–cara mengatasi masalah tersebut dalam upaya meningkatkan produksi padi. Untuk memecahkan masalah tersebut, PTT menyediakan beberapa pilihan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi  komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan.
Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu:
1.    Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi.
2.    Benih bermutu dan berlabel.
3.    Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (spesifik lokasi).
4.    Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).
Komponen teknologi pilihan dalam  PTT yaitu :
1.    Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit per lubang.
2.    Peningkatan populasi tanaman.
3.    Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah.
4.    Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang,
5.    Pengendalian gulma
6.    Panen tepat waktu,
7.    Perontokan gabah sesegera mungkin.

Varietas Unggul
Gunakan VUB (varietas unggul baru) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, hasil tinggi dan kualitas baik serta rasa nasi diterima pasar. Tanam VUB secara bergantian untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit. Saat ini telah tersedia berbagai varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, mempunyai produktivitas tinggi, dan sesuai permintaan konsumen. Sebagai Contoh, varietas
unggul baru yang dapat dikembangkan di Provinsi Lampung antara lain varietas Mekongga, Batang Piaman, Ciherang, Cigeulis, Ciliwung, Sarinah, dan Bondoyudo.  

 

Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan daya tumbuh (vigor) tinggi dan bersertifikat.  Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara:
o   Merendam benih dalam larutan garam dengan menggunakan indikator telur.  Telur diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai terangkat kepermukaan, kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam air garam, selanjutnya benih yang mengambang dibuang.  

Tabel 1. Varietas unggul padi sawah dan beberapa karakteristik penting
Varietas
Produktivitas
(ton/ha) GKG
Umur Tanaman
(hari)
Ketahanan terhadap hama dan penyakit
Tekstur Nasi
IR-64
5,0-6,0
110-120
Tahan WCK biotipe 1, 2, agak tahan WCK biotipe 3
Pulen
Ciherang
6,0-8,5
116-125
Tahan WCK biotipe 2, agak tahan WCK biotipe 3, dan tahan HDB 
Pulen
Ciliwung
5,0-6,0
117-125
Tahan WCK biotipe 1,2, WH, ganjur. Tahan Tungro dan HDB 
Pulen
Mekongga
6,0-8,4
116-125
Agak tahan WCK biotipe 2, 3, Agak tahan HDB biotipe strain IV
Pulen
Sarinah
6,98-8,0
110-125
Agak tahan WCK biotipe 1, Agak peka biotipe 2, 3
Pulen
Cigeulis
5,0-8,0
115-125
Tahan WCK biotipe 2, 3, dan HDB strain IV
Pulen
Bondoyudo
6,0-8,4
110-120
Tahan WCK dan tungro
Pulen
Batang Piaman
6,0-7,6
97-120
Tahan terhadap penyakit blas daun dan blas leher malai
Pera
Keterangan : WCK = Wereng Coklat; HDB = Hawar Daun Bakteri

o   Dapat juga dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur dalam 1 lt air) atau larutan pupuk  ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7 lt air), masukkan benih ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (Volume larutan 2 kali volume benih), kemudian diaduk-aduk dan benih yang mengambang dibuang. 
Keuntungan menggunakan benih bermutu:
1.    Benih tumbuh cepat dan serempak.
2.    Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang tegar dan sehat.
3.    Pada saat ditanam pindah, bibit tumbuh lebih cepat
4.    Jumlah tanaman optimum, sehingga akan memberikan hasil yang tinggi.
           
Persemaian
Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ± 20 kg.  Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih dan kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air. Untuk benih hibrida langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam. Luas persemaian sebaiknya 400 m­2/ha (4% dari luas tanam).  Lebar bedengan pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu sebanyak 2 kg/m2. Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi.  Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm.

Persiapan Lahan
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali garu) atau, olah tanah minimal atau tanpa olah tanah sesuai keperluan dan kondisi.  Faktor yang menentukan adalah kemarau panjang, pola tanam, jenis/tekstur tanah.  Dua minggu sebelum pengolahan tanah taburkan bahan organik secara merata diatas hamparan sawah. Bahan organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha atau kompos jerami sebanyak 5 ton/ha.

Penanaman                     
Tanam bibit muda (<21 1-3="1-3" 14="14" 18="18" 1="1" 2="2" 3.="3." 3="3" 4="4" :=":" abel="abel" air.="air." akan="akan" anakan="anakan" atau="atau" banyak="banyak" baris="baris" benih="benih" berselang="berselang" berumur="berumur" bibit="bibit" cara="cara" cm="cm" daerah="daerah" dalam="dalam" dan="dan" dengan="dengan" dibanding="dibanding" dilakukan="dilakukan" disarankan="disarankan" ditanam="ditanam" endemis="endemis" gambar="gambar" gunakan="gunakan" hanya="hanya" hari="hari" hss="hss" hst="hst" jejer="jejer" jenuh="jenuh" karena="karena" keong="keong" kondisi="kondisi" kosong="kosong" lebih="lebih" legowo="legowo" mas="mas" menghasilkan="menghasilkan" muda="muda" nbsp="nbsp" o:p="o:p" pada="pada" penanaman="penanaman" penyulaman="penyulaman" populasi="populasi" produksinya="produksinya" rumpun.="rumpun." rumpun="rumpun" saat="saat" satu="satu" sebanyak="sebanyak" sebar="sebar" sebelum="sebelum" seling="seling" seperti="seperti" setelah="setelah" sistem="sistem" tanah="tanah" tanam="tanam" tanaman="tanaman" tegel="tegel" terlihat="terlihat" tinggi="tinggi" x10="x10" x12="x12" x="x">
Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan caplak, dengan lebar antar titik 20-25 cm. Setelah dilakukan caplak silang dan membentuk tegel (20 X 20 cm atau 25 X 25 cm), pada setiap baris ke tiga dikosongkan dan calon bibitnya ditanam pada barisan ganda yang akan membentuk jarak tanam dalam barisan hanya 10 cm. Kekurangan bibit untuk baris berikutnya diambilkan bibit dari persemaian. 
Keuntungan cara tanam jejer legowo antara lain :
o   Rumpun tanaman yang berada pada bagian pinggir lebih banyak.
o   Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong mas atau untuk mina padi.
o   Pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah.
o   Pada tahap awal areal pertanaman lebih terang sehingga kurang disenangi tikus
o   Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Sistem tanam tegel Tegel (20 x 20 cm, 22 x 22 cm, 25 x 25 cm), maupun sistem tebar benih langsung, juga dapat digunakan dalam pendekatan PTT.
  
Tabel 2.   Populasi tanaman per hektar pada berbagai jarak tanam
No
Cara Tanam
Populasi tanaman tiap hektar
% terhadap populasi model tegel
1
Tegel 20 x 20 cm
250.000
100
2
Tegel 22 x 22 cm
206.661
 100
3
Tegel 25 x 25 cm
160.000
 100
4
Legowo 2:1 (10 x 20 cm)
333.333
133
5
Legowo 3:1 (10 x 20 cm)
375.000
150
6
Legowo 4:1 (10 x 20 cm)
400.000
160
7
Legowo 2:1 (12,5 x 25 cm)
213.000
133
8
Legowo 3:1 (12,5 x 25 cm)
240.000
150
9
Legowo 4:1 (12,5 x 25 cm)
256.000
160

 Pengairan Berselang
Pemberian air berselang (intermittent) adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian.  Tujuan pengairan berselang adalah:
1.    Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi lebih luas
2.    Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang lebih dalam. Akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak.
3.    Mencegah timbulnya keracunan besi.
4.    Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar.
5.    Mengaktifkan jasad renik (mikroba tanah) yang bermanfaat.
6.    Mengurangi kerebahan
7.    Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah).
8.    Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
9.    Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
10.  Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah diari dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Pada hari ke-4 lahan sawah diari kembali dengan tinggi genangan 3 cm.  Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal.  Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus.  Sejak 10-15  hari sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan. Pada tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir dapat dilakukan dengan selang 5 hari.  Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase jelek), pengairan berselang tidak perlu dipraktekan. 
           
Pemupukan
Pemupukan berimbang, yaitu pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi membutuhkan hara N sekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg dan K sebanyak 17 kg.  Dengan demikian jika kita ingin memperoleh hasil gabah tinggi, sudah barang tentu diperlukan pupuk yang lebih banyak. Namun demikian tingkat hasil yang ditetapkan juga memperhatikan daya dukung lingkungan setempat dengan melihat produktivitas padi pada tahun-tahun sebelumnya.
Agar efektif dan efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan  tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah.  Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun  (BWD).  Nilai pembacaan BWD digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman.
Pemberian pupuk N awal diberikan pada umur padi sebelum 14 HST ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah.  Takaran pupuk dasar N untuk padi varietas unggul baru sebanyak 50-75 kg urea/ha, sedangkan untuk padi tipe baru dengan takaran 100 kg urea/ha

 
  
Pembacaan BWD hanya dilakukan menjelang pemupukan kedua (tahap anakan aktif, 21-28 HST, hari setelah tanam) dan pemupukan ketiga (tahap primordia, 35-40 HST). Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru, pembacaan BWD juga dilakukan pada saat tanaman dalam kondisi keluar malai dan 10% berbunga. 
Pembacaan BWD adalah sbb:
·         Apabila warna daun berada pada skala 3 BWD, gunakan 75 kg urea/ha bila tingkat hasil 5 ton/ha GKG.  Tambahkan 25 kg urea untuk kenaikan setiap kenaikan 1 ton/ha
·         Apabila warna daun mendekati skala 4 BWD, gunakan 50 kg urea/ha bila tingkat hasil 5 ton/ha GKG.  Tambahkan 25 kg urea untuk kenaikan setiap kenaikan 1 ton/ha.
·         Apabila warna daun pada skala 4 BWD atau mendekati skala 5 BWD tanaman tidak perlu dipupuk N bila tingkat hasil 5-6 ton/ha GKG.  Tambahkan 50 kg/ha urea  jika tingkat hasil di atas 6 ton/ha.
Selanjutnya gunakan Tabel 3 untuk menyesuaikan kebutuhan pupuk N berdasar rata-rata tingkat hasil.

Tabel 3.      Takaran urea susulan yang diperlukan bila warna daun di bawah nilai kritis (<4 berdasar="berdasar" bwd="bwd" o:p="o:p" pengamatan="pengamatan" tetap="tetap">
Pembacaan BWD
Respon terhadap pupuk N
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Rata-rata hasil (ton/ha GKG)
≈5,0
≈6,0
≈7,0
≈8,0
Takaran Urea yang digunakan (kg/ha)
BWD < 3
75
100
125
150
BWD 3,5
50
75
100
125
BWD > 4
0
0-50
50
50

Cara pemberian pupuk N dilakukan dengan cara disebar merata di permukaan tanah. Pupuk Urea merupakan pupuk yang mudah larut dalam air, sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup. Berdasarkan hasil penelitian, efisiensi pupuk N dapat ditingkatkan dengan memasukan hara N ke dalam lapisan reduksi. Namun teknologi ini tidak mudah diterapkan petani.
Pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Status hara tanah sawah dapat ditentukan langsung di lapangan dengan alat PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah).  Prinsip kerja PUTS adalah mengukur hara P dan K tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia, secara semi kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan).  Pengukuran status P dan K tanah dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu rendah (R), sedang (S) dan tinggi (T).  Dari masing-masing kelas status P dan K tanah sawah telah dibuatkan acuan pemupukan P (dalam bentuk SP-36) dan K (dalam bentuk KCl) yang dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.


 

Tabel 4.   Acuan umum pemupukan fosfor pada tanaman padi sawah
Kelas status hara P tanah
Kadar hara terekstrak
HCl 25% (mg P2O5/100g)
Dosis acuan pemupukan
P (kg SP-36/ha)
Rendah
Sedang
Tinggi
<20 o:p="o:p">
20-40
>40

100
75
50



Tabel 5.   Acuan umum pemupukan kalium pada tanaman padi sawah
Kelas status hara K tanah

Kadar hara
Terekstrak HCl 25%
(mg K2O/100g)
Dosis acuan pemupukan
K (kg KCl/ha)
+ Jerami
- Jerami
Rendah
Sedang
Tinggi
    <20 o:p="o:p">
10-20
   >20

50
  0
  0
100
  50
  50


Pengendalian Gulma Secara Terpadu
Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna, mengatur air dipetakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya menggunakan kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan menggunakan herbisida apabila infestasi gulma sudah tinggi. 
Pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan kosrok (landak) sangat dianjurkan, karena cara ini sinergis dengan pengelolaan lainnya.  Pengendalian gulma secara manual hanya efektif dilakukan apabila kondisi air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar.  PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih tepat.
Hama yang sering menyerang tanaman padi sawah adalah :
a.Keong Mas
Waktu kritis untuk pengendalian keong mas adalah pada saat 10 HST pindah, atau 21 HSS benih (semai basah).  PHT pada keong mas dilakukan sepanjang pertanaman dengan rincian sebagai berikut:
o   Pratanam: Ambil keong mas dan musnahkan sebagai cara mekanis.
o   Persemaian: Ambil keong mas dan musnahkan, sebar benih lebih banyak untuk sulaman dan bersihkan saluran air dari tanaman air seperti kangkung.
o   Stadia vegetatif: Tanam bibit yang agak tua (>21 hari) dan jumlah bibit lebih banyak, keringkan sawah sampai 7 HST, tidak aplikasi herbisida sampai 7 HST, ambil keong mas dan musnahkan, pasang saringan pada pemasukan air, umpan dengan menggunakan daun talas dan pepaya, pasang ajir agar siput bertelur pada ajir, ambil dan musnahkan telur siput pada tanaman dan aplikasikan pestisida anorganik dan nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada caren.
o   Stadia generatif dan setelah panen: Ambil keong mas dan musnahkan, dan gembalakan itik setelah padi panen
b.    Wereng Coklat
Wereng coklat menyukai pertanaman yang dipupuk nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat.  Ambang ekonomi hama ini adalah 15 ekor per  rumpun.  Siklus hidupnya 21-33 hari.  Cara pengendaliannya sbb:
o   Gunakan varietas tahan wereng coklat, seperti: Ciherang, Kalimas, Bondoyudo, Sintanur, dan Batang Gadis.
o   Berikan pupuk K untuk mengurangi kerusakan.
o   Monitor pertanaman paling lambat 2 minggu sekali.
o   Bila populasi hama di bawah ambang ekonomi gunakan insektisida botani atau jamur entomopatogenik (Metarhizium annisopliae atau Beauveria bassiana).
o   Bila populasi hama di atas ambang ekonomi gunakan insektisida kimiawi yang direkomendasi.
  
c.Penggerek batang
Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek batang adalah dari pembibitan sampai pembentukan malai.  Gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan mati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif,  dan beluk (malai hampa) pada tanaman stadia generatif.  Siklus hidupnya 40-70 hari.  Ambang ekonomi penggerek batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok telur per rumpun (pada fase bunting).
Bila populasi tinggi (di atas ambang ekonomi) aplikasikan insektisida. Bila genangan air dangkal aplikasikan insektisida butiran seperti karbofuran dan fipronil, dan bila genangan air tinggi aplikasikan insektisida cair seperti dimehipo, bensultap, amitraz dan fipronil.
d.    Tikus
Pengendalian hama tikus  terpadu (PHTT) didasarkan pada pemahaman ekologi jenis tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu.  Pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi.  Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS (Linier Trap Barrier System). 
Lakukan gropyokan masal dengan melibatkan semua anggota kelompok tani. Gropyokan dapat berupa pembongkaran sarang tikus pada habitat utama seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan.  Pada daerah endemi tikus, lindungi persemaian dengan memasang pagar plastik dan memasang dua bubu perangkap untuk pesemaian berukuran 10 m x 10 m.  Pada periode padi vegetatif, sanitasi gulma pada habitat tikus, baik yang ada di hamparan sawah maupun disekitar sawah agar tidak digunakan sebagai sarang tikus.  Bila populasi tikus masih tinggi, pasang LTBS di dekat habitat utama dan dipindahkan setiap 5 hari, serta lakukan fumigasi sarang tikus.  Pada periode padi generatif, lakukan fumigasi asap belerang pada setiap sarang aktif tikus, sanitasi gulma pada habitat utama dan pasang LTBS di dekat habitat utama secara periodik.
e.Walang sangit
Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan.  Fase pertumbuhan tanaman padi yang rentan terhadap serangan walang sangit adalah dari keluarnya malai sampai matang susu.  Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta hampa. 
Ambang ekonomi walang sangit adalah lebih dari 1 ekor walang sangit per dua rumpun pada masa keluar malai sampai fase pembungaan.  Cara pengendaliannya adalah:
o   Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.
o   Pupuk lahan secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam.
o   Tangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan.
o   Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk, daging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.
o   Apabila serangan sudah mencapai ambang ekonomi, lakukan penyemprotan insektisida.
o   Lakukan penyemprotan pagi hari sekali atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.
f. Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB)
Penyakit HDB disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae dengan gejala penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun.  Cara pengendaliannya sebagai berikut :
o   Gunakan varietas yang tahan seperti Conde dan Angke.
o   Gunakan pupuk nitrogen sesuai dengan kebutuhan tanaman.
o   Bersihkan tunggul-tunggul dan jerami-jerami yang terinfeksi.
o   Jarak tanam jangan terlalu rapat.
o   Gunakan benih atau bibit yang sehat.


 
 g.    Penyakit Blast
Blast dapat menginfeksi tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan.  Gejala khas pada daun yaitu bercak berbentuk belah ketupat, lebar ditengah dan meruncing di kedua ujungnya.  Ukuran bercak kira-kira 1-1,5 cm x 0,3-0,5 cm berkembang menjadi berwarna abu-abu pada bagian tengahnya.  Bila infeksi terjadi pada ruas batang dan leher malai (neck blast), akan merubah leher malai yang terinfeksi menjadi kehitam-hitaman dan patah, mirip gejala beluk oleh penggerek batang.  Cara pengendaliannya adalah:
o   Gunakan varietas tahan blast secara bergantian.
o   Gunakan pupuk nitrogen sesuai anjuran.
o   Upayakan waktu tanam yang tepat, agar waktu awal pembungaan tidak banyak embun dan hujan terus-menerus.
o   Gunakan fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat atau fosdifen dan kasugamisin.
o   Perlakuan benih.
                 
B.  Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo
Secara umum komponen utama pendekatan model PTT padi gogo adalah: (1) penggunaan varietas unggul (disarankan lebih dari satu varietas), (2) penambahan bahan organik tanah dan tindakan konservasi tanah, (3) pemupukan berimbang sesuai rekomendasi setempat dan waktu pemupukan yang tepat, dan (4) sistim tanam seperti jajar legowo dan memupuk dalam larikan untuk efisiensi pupuk.

Penggunaan Varietas Unggul                    
Beberapa varietas padi gogo serta ciri-cirinya dapat dilihat pada Tabel 6.
 Tabel 6.  Ciri-Ciri Varietas Unggul Padi Gogo
Ciri-ciri/ Varietas
Limboto
Situpatenggang
Batutegi
Situbagendit
Umur (hari)
115-125
110-120
112-120
110- 120
Potensi hasil
6.0 t/ha GKG
6.0 t/ha GKG

6.0 t/ha

6.0 t/ha

Bentuk gabah
Bulat besar
Agak gemuk
Bulat sedang
Panjang ramping
Tekstur nasi
Sedang
Sedang, aromatik
Pulen
Pulen
Anjuran tanam
Cocok di tanam pada lahan kering yang subur, <500 dpl="dpl" m="m" o:p="o:p">

Lahan tipe aluvial dan podsolik, <300 dpl="dpl" m="m" o:p="o:p">
Lahan kering subur dan Podsolik Merah Kuning, dataran rendah s/d ketinggian 500 m dpl
Cocok di tanam di lahan kering atau lahan sawah

                                    
Pengolahan Tanah dan Cara Tanam
Sebaiknya lakukan pengolahan tanah dua kali, pertama dilakukan pada awal hujan saat tanah lembab dan kedua dilakukan pada saat menjelang tanam.
Penanaman sebaiknya dilakukan bila curah hujan sudah mulai stabil atau mencapai 60 mm/10 hari.  Hal ini biasanya terjadi antara akhir bulan Oktober sampai akhir bulan Nopember. Sistim tanam sebaiknya dengan sistim jejer legowo dengan jarak tanam 30 x 20 x 10 cm dengan 4 – 5 butir per lubang.

Pemupukan
Kunci keberhasilan dan keberlanjutan pengelolaan lahan kering adalah bagaimana mempertahankan atau meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang berfungsi menyangga air dan hara yang dibutuhkan tanaman.  Karena itu pemberian bahan organik baik berupa kompos maupun pupuk kandang menjadi keharusan di lahan kering.  Pemberian bahan organik tersebut dikombinasikan dengan pemberian pupuk N, P dan K secara berimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah. Berikut contoh penerapan PTT di Lampung.

Tabel 7.  Penerapan PTT di Kecamatan Seputih Raman dan Abung Selatan
Komponen Teknologi
Uraian
Varietas Unggul
Cara tanam benih
Pupuk Organik
Pupuk kimia


Cara aplikasi pupuk
Jarak tanam
Limboto dan Situpatenggang
Ditugal, 5 butir/lubang
Pupuk kandang/kompos  2 - 4 ton/ha
- Urea 200 kg/ha à 3 kali aplikasi
- SP-36 150 kg/ha
- KCl 75 kg/ha
Dalam larikan
20 x 20 cm




Pengendalian Hama dan Penyakit
Organisme dan pengganggu tanaman (OPT) pada pertanaman padi gogo hampir sama dengan pertanaman padi di lahan irigasi. Pada saat pertumbuhan vegetatif, hama yang sering menyerang adalah: lalat bibit, penggerek batang dan hama lundi. Pada pertumbuhan lebih lanjut, hama penggerek batang dan penggulung daun.  Bila tanaman sudah mulai keluar malai hama yang sering menyerang adalah hama kepik hijau dan walang sangit. Penyakit utama yang sering menyerang adalah blast yang dapat menyebabkan tanaman puso.
Adapun untuk mengurangi hama yang muncul di lapangan, perlu melakukan monitoring yang teratur agar keberadaan hama dan penyakit sejak dini dapat diketahui dan bila perlu dapat menggunakan pestisida yang sesuai.

 PANEN DAN PASCA PANEN
Panen
Lakukan panen saat gabah telah menguning, tetapi malai masih segar.  Potong padi  dengan sabit gerigi, 30-40 cm di atas permukaan tanah. Gunakan plastik atau terpal sebagai alas tanaman padi yang baru dipotong dan ditumpuk sebelum dirontok.  Sebaiknya panen padi dilakukan oleh kelompok pemanen dan gabah dirontokan dengan power tresher atau pedal tresher. Apabila panen dilakukan pada waktu pagi hari sebaiknya pada sore harinya langsung dirontokan. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras.

Pasca Panen
Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5-7 cm.  Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali.  Pada musim hujan, gunakan pengering buatan dan pertahankan suhu pengering 500C untuk gabah konsumsi atau 420C untuk mengeringkan benih.  Pengeringan dilakukan sampai kadar air gabah mencapai 12-14% untuk gabah konsumsi dan kadar air 10-12% untuk benih.  Gabah yang sudah kering dapat digiling dan disimpan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggilingan dan penyimpanan adalah:
1.    Untuk mendapatkan beras kualitas tinggi, perlu diperhatikan waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-14%)
2.    Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam lumbung/gudang, bebas hama, dan memiliki sirkulasi udara yang baik.
3.    Simpan gabah pada kadar air kurang 14% untuk konsumsi, dan kurang dari 13% untuk benih.
4.    Gabah yang sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan digiling, dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air 12-14%.
5.     Sebelum digiling, gabah yang dikeringkan tersebut diangin-anginkan terlebih dahulu untuk menghindari butir pecah.
  
ANALISA USAHATANI
 Padi Sawah
            Analisis biaya dan pendapatan usahatani PTT padi dan teknologi petani di Kampung Pulung Kencana dapat dilihat pada Tabel 8.  Pada Tabel 8 terlihat bahwa produksi riel gabah yang dicapai dengan menerapkan pendekatan PTT mencapai 5.253 kg/ha, dengan pendapatan sebesar Rp. 9.980.700,-/ha selama satu musim tanam.  Produksi ini lebih tinggi 19,22% dari produksi padi dengan teknologi petani.  Hal tersebut berarti pendekatan PTT dapat diimplementasikan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

Padi Gogo
Penelitian model PTT (Pengeloaan Tanaman Terpadu) padi gogo telah dilaksanakan di Desa Rama Murti, Kecamatan Seputih Raman pada MH 2002/2003, MH 2003/2004, dan MH 2004/2005 dengan menggunakan 3 varietas, yaitu Batutegi, Limboto, dan Situpatenggang.  Hasil analisis ekonomi secara sederhana dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.  Produksi rata-rata yang dapat dicapai 5,690 t/ha dan pendapatan sebesar Rp 5.469.700,- dengan kisaran Rp 4.807.000,- sampai Rp 5.957.100,-. Pendapatan ini dihitung berdasarkan harga gabah pada saat panen sebesar Rp 1.000,-/kg. dan Rp 900,-.  Nilai rata-rata B/C ratio 1,60 dengan kisaran 1,46 sampai 1,70. Berdasarkan nilai B/C ini, keuntungan sebesar 60% selama 4 bulan pertanaman masih mencapai bunga rata-rata 15%, berarti masih layak menurut perhitungan bunga bank, walaupun masih menanggung risiko usahatani yang cukup banyak.


Tabel 8. Analisis biaya dan pendapatan usahatani padi sawah di Kampung Pulung Kencana, Lampung pada  MK I 2007
Uraian
Inbrida
Hibrida
Pola Petani
A. Pengeluaran



Sarana Produksi



- Benih
   130.000
600.000
    180.000
- Pupuk buatan
   770.000
 812.000
 1.023.000
- Pupuk kandang
     80.000
  80.000
   -
- Pestisida
   294.000
         294.000
         315.000
Tenaga  Kerja



- Persiapan lahan
   900.000
   900.000
    900.000
- Penyemaian
     40.000
     40.000
     40.000
- Penanaman
   570.000
   570.000
    480.000
- Pemupukan
     48.000
     48.000
    100.000
- Penyemprotan
   400.000
   400.000
               300.000
- Panen
   852.000
  762.000
    661.000
Jml Pengeluaran
4.084.000
4.506.000
 3.999.000




B. PENERIMAAN



 -  Produksi (kg)
       5.253
       5.080
         4.407
 - Harga (kg)
       1.900
       1.900
         1.900
 - Nilai Hasil (Rp)
   9.980.700
9.652.000
    8.373.300
R/C ratio
2,44
2,14
2,09


Tabel. 9. Analisis biaya usahatani padi Gogo di Desa Rama Murti, Lampung, Tahun 2002-2005.
Kegiatan
Rata-rata
1.513.000
Biaya bahan
1.281.000
Biaya lain-lain
678.900
Total biaya
3.474.000
Pendapatan berdasarkan harga gabah saat panen
5.469.700
Produksi rata-rata GKG (t/ha)
5,690
B/C ratio
1,57
Sumber : Toha, 2008


BAHAN BACAAN

Abdurrahman, S. A.K. Makarim, I. Las dan I. Juliardi. 2006. Integrated crop management experinces on low land rice in Indonesia. Proceeding of International Rice of Conference 2005, September 12-14 Tabanan Bali, Indonesia.  Indonesia Centre for Rice Research (ICRR), Indonesia  Centre for Food crops Research Development (ICFRD), Indonesia Agency for Research and Development.
Abdurrachman S, E. Suhartatik, A. Kasno, dan D. Setyorini., 2008. Modul pemupukan padi sawah spesifik lokasi. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. 36p
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008.  Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi gogo. Petunjuk Teknis Lapang. 
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007.  Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi.  Petunjuk Teknis Lapang.  40 hal.
Badan Pusat Statistik.  2008.  Produksi padi, jagung dan kedele.  Berita Resmi Statistik No. 38/07/Th. XI: 1-10.
Barus, J., Widyantoro dan A. Sopandi. 2005. Pengembangan varietas unggul dan galur harapan padi gogo secara partisipatif. Laporan Akhir tahun. BPTP Lampung
Departemen Pertanian. 2008. Modul pelatihan TOT SL-PTT padi nasional.
Djaenuddin, D., H. Marwan, H. Subagyo, A. Mulyani, dan N. Suharta. 2000.  Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian. PUSLITTANNAK, Badan LITBANG Pertanian, DEPTAN.  Bogor.
Oldeman, L.R.. 1975. An agroclimate map of Java Contr. Centre Research Institute of Agriculture, Bogor, Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar